Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Menetralkan Hati

Yang tersulit bagi sebagian wanita adalah tentang mengelola perasaannya. Termasuk aku, seorang wanita dengan dominasi perasaan yang terus bertumbuh. Sejak berhijrah dan belajar kembali tentang batasan antara laki-laki dan perempuan, tugas berat selanjutnya adalah tentang menjaga hati.  Mungkin tidak semua orang dihadapkan dengan ujian diranah yang sama. Hingga persoalan hati ini ya tidak semuanya mampu memahami. Tetapi, disinilah aku ingin berbagi tentang bagaimana menjaga hati agar tidak terisi dengan seseorang yang belum pasti. Aku merasakan setelah menghijrahkan hati pada Allah, banyak jalan-jalan yang terbuka menuju impianku. Allah terus mengabulkan do'a-do'a yang aku tulis sebagai rancangan hidupku. Bisa berbagi sebagai inspirator muslimah, menulis buku, memulai bisnis dan masih banyak lagi. Semua jalan menuju impianku terbuka. Allah hadirkan orang-orang baik yang selalu mengingatkanku padaNya.  Namun, semua nikmat itu diberi sepaket dengan ujiannya. Hampir setiap semester

Disaat Futur Melanda

Ada masanya kita bersemangat dalam beribadah. Mudah menyegerakan sholat awal waktu, mudah mengeluarkan sedekah, ringan tangan dalam berbuat baik serta mampu berlama-lama dengan Al-Qur'an. Lalu, tiba-tiba datang pula masa-masa semua ibadah terasa berat sekali. Sholat jadi lalai, bersedekah jadi abai, membantu orang jadi malas dan membaca Al-Qur'an terbengkalai. Itulah masa dimana futur melanda. Naik turunnya iman kita bukanlah pembenaran bahwa kondisi futur ini wajar adanya. Justru, iman yang berdinamika harusnya membuat kita lebih waspada. Serta lebih peka terhadap sebab terjadinya. Mulailah pelajari pola naik dan turunnya iman agar kita bisa berupaya maksimal untuk menjaga dan mengelola. Minimal jika futur melanda, kita punya kesadaran yang cepat untuk bermuhasabah dan melanjutkan mujahadah. Jika kita resapi surat Asy-Syams ayat 7-9 bahwa Allah berfirman, "Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya. Maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sung

Mudah Menikah

Ada orang yang Allah mudahkan jalannya untuk menikah. Namun, ada pula orang yang harus menempuh berbagai jalan untuk bisa sampai pada takdir pernikahan. Keduanya sampai pada takdir yang sama tetapi dengan cara yang berbeda. Sebab ujian tiap orang itu berbeda. Sudah sesuai kadar kemampuannya.  Jikalau kamu adalah orang yang Allah mudahkan untuk menikah, bersyukurlah dengan takdirmu. Sebab tak semua penantian berujung temu. Serta tak semua proses ta'aruf lancar berlalu. Jika dimudahkan jalanNya, maka persembahkan ketaatan setelahnya. Ingatlah selalu bahwa pernikahanmu adalah ladang ibadah panjangmu. Pastikan langkahnya mendekat pada syurga selalu.  Serta teruntuk kamu yang masih sabar dalam ruang tunggu. Bersyukurlah selalu. Sebab Allah sedang menjagamu. Tak sembarang orang dibiarkan mendampingimu. Sebab kamu adalah aset Ummat yang harus dibersamakan dengan orang yang tepat. Maka menantilah dengan ketaatan. Kelak, dia yang Allah hadirkan untuk membersamai perjalananmu akan bersyukur

Berkarya dengan Bahagia

Saat ini anak muda mulai banyak yang berkarya. Menulis buku bersama, buku solo, buat konten youtube, konten edukasi di instagram, bikin podcast dan berbagai kreatifitas lainnya. Semua orang saat ini bisa membangun panggungnya sendiri. Tidak lagi malu-malu dan tidak lagi ragu-ragu. Satu per satu mulai berani mencoba hal baru.  Diantara sibuknya anak muda yang berkarya ternyata masih ada juga anak muda yang merasa tak berdaya. Semakin ia melihat orang lain sibuk berkarya, justru ia semakin merasa menderita. Ingin rasanya seperti orang-orang diluar sana. Bisa berkarya dengan bebasnya. Tetapi apalah daya, hati malah berkecamuk tak terima. Mengapa orang lain selalu selangkah di depannya?  Akhirnya ia pun sibuk dengan pikirannya. Bukan berpikir karya apa yang bisa dilahirkan. Ia malah berpikir bagaimana menemukan sisi buruk dari karya orang lain. Jika tak menemukannya, ia malah mengutuk diri sendiri. Merasa tak mampu melakukan apa-apa. Semakin hari, hatinya terpenjara dengan rasa iri. Sehing

Melepas Sebelum Memiliki

Pernahkah kamu merasa kehilangan? Entah barang ataupun seseorang. Bagaimana rasanya? Mungkin sedih dan kecewa mendera. Iya, aku tau rasanya. Sebab aku pun sedang merasakannya.  Tidak mudah memang melepaskan sesuatu yang telah melekat di hati. Bertambah berat jika sesuatu itu yang telah kita yakini sebagai milik kita tetapi harus kita relakan untuk orang lain.  Disaat perasaan sedih dan kecewa berkecamuk di dalam dada. Aku hampir menolak rasa sakit itu ada. Pernah dalam sehari saja aku bohongi diri bahwa aku tak apa-apa. Tetapi selepas itu, rasa sesak hadir tak diminta. Seperti mimpi buruk yang mengintai di malam hari tanpa kuduga. Emosi yang kupendam, membuncah dengan hebatnya.  Lalu aku utarakan di dalam sunyinya malam, bahwa aku sedih dan kecewa. Aku telah merasa memiliki padahal takdir tak berkata sama. Aku menangis sambil berusaha meyakinkan Sang Pemilik hati, bahwa aku terlalu percaya bahwa keyakinanku ini yang terbaik. Aku masih belum terima sepenuhnya keputusan Sang Khalik.  Aku

Berhenti Bermimpi

Aku teringat saat pertama kali perjalanan impian ini dimulai. Selepas masa putih abu-abu aku menjadi pejuang mimpi. Aku tuliskan semua cita-citaku disebuah catatan sedari aku lulus ujian nasional sampai aku wafat. Tepat sekitar lima tahun lalu.  Selepas aku menuliskannya, Allah perjalankan aku menemui guru dan teman-teman seperjuangan. Berawal dari mimpi lalu diteruskan dengan berbagai aksi. Ternyata sedikit demi sedikit impian itu menjadi semakin dekat. Walau tak semudah yang aku kira, tetapi perjalanan ini sungguh berharga.  Ibarat sedang mendaki puncak gunung, sepertinya aku saat ini sedang berada di atas bukit. Titik dimana aku bisa sedikit merasa puas dan cukup atas perjalanan ini. Tetapi, jika aku berhenti disini  sepertinya aku tak akan sampai pada tujuan akhir yang aku tetapkan.  Zona ini sepertinya membuatku hampir terlena. Seolah perjuanganku sepertinya cukuplah disini saja. Padahal, aku masih jauh dari aman. Bahkan aku bisa dengan mudah tergelincir dan jatuh sehingga tak dap

Menanam Pohon Terbaik

Bayangkan disaat kamu sedang kepanasan disiang bolong, bercucuran keringat karena panas yang menyengat serta lelah dan butuh berteduh. Lalu di ujung jalan kamu melihat sebuah pohon yang tinggi menjulang, akarnya kuat dan kokoh. Segeralah bergegas kamu menujunya dan melepas segala peluh yang kamu rasakan.  Bagaimana rasanya menemukan pohon yang baik disaat yang tepat? Rasanya lebih dari nikmat. Kita pasti akan merasa selamat. Belum lagi jika pohon itu berbuah manis dan lebat. Sungguh, pohon itu semakin bertambah manfaat. Semakin menambah rasa syukur yang teramat sangat.  Menurutmu, mana yang lebih beruntung? Yang mengambil manfaat dari pohon atau yang menanam pohon? Tentunya yang menanam pohon. Sebab setiap manfaat yang pohon berikan kepada orang disekitarnya, akan menjadi sedekah bagi yang menanamnya. Sekali menanam, mengalir terus pahalanya. Walau yang menanam sudah wafat.  Di dalam Al-Qur'an, ternyata ada perumpamaan tentang pohon yang baik. Coba ceck Qur'an surat Ibrahim aya