Menetralkan Hati

Yang tersulit bagi sebagian wanita adalah tentang mengelola perasaannya. Termasuk aku, seorang wanita dengan dominasi perasaan yang terus bertumbuh.


Sejak berhijrah dan belajar kembali tentang batasan antara laki-laki dan perempuan, tugas berat selanjutnya adalah tentang menjaga hati. 


Mungkin tidak semua orang dihadapkan dengan ujian diranah yang sama. Hingga persoalan hati ini ya tidak semuanya mampu memahami. Tetapi, disinilah aku ingin berbagi tentang bagaimana menjaga hati agar tidak terisi dengan seseorang yang belum pasti.


Aku merasakan setelah menghijrahkan hati pada Allah, banyak jalan-jalan yang terbuka menuju impianku. Allah terus mengabulkan do'a-do'a yang aku tulis sebagai rancangan hidupku.


Bisa berbagi sebagai inspirator muslimah, menulis buku, memulai bisnis dan masih banyak lagi. Semua jalan menuju impianku terbuka. Allah hadirkan orang-orang baik yang selalu mengingatkanku padaNya. 


Namun, semua nikmat itu diberi sepaket dengan ujiannya. Hampir setiap semester ada orang-orang yang hadir. Membuatku semakin bertanya, seperti apa kesiapan menikah?


Selain itu memilih pasangan adalah hal yang paling membuatku harus terus bersabar. Sebab, jika sampai saat ini aku belum dipertemukan dengan lelaki pilihan Allah, aku yakin betul jika segala ujian hati yang telah terlewati adalah sebuah petunjuk untuk mengenalinya suatu hari nanti. 


Hingga ketika sudah sampai dititik ini, aku pun merasa bahwa setiap ujian hati melatih diriku untuk terus menyerahkan segalanya pada Illahi. Meski disaat tersulit ialah ketika dihadirkan sesosok lelaki yang berusaha menggoyahkan pertahanan hati. Tapi, gelisah ini tidaklah selalu buruk. Ternyata yang jauh menenangkan ialah dengan menetralkannya dahulu dari perasaan yang belum waktunya.


Sebab mencintai bukan saja tentang fitrah yang harus disalurkan dengan tergesa. Terima saja adanya rasa dan sikapi dengan iman yang tinggi. Sebab solusi dari dua orang yang saling mencintai bukankah hanya dengan menikah? Tapi menikah juga harus dengan persiapan dan kesiapan yang cukup.


Untuk saat ini, biarkan rasa itu hadir dan hantarkan kembali kepada Allah Sang Maha Pemilik hati. Rasakan bahwa menetralkan hati sebelum menikah adalah ketenangan yang membawa berkah. Memang tidak mudah, tapi teruslah berharap penjagaanNya.


Kelak, kamu yang menjaga akan bersyukur lebih banyak. Sebab penjagaanmu akan menghantarkan pada kenikmatan yang jauh lebih berharga. Bukankah nikmatnya berbuka hanya dirasa oleh orang yang berpuasa?


Lagi-lagi, sabar adalah penguatnya. Yakinlah dengan janjiNya. Takdir terindah sedang menanti diujung perjuangan ini. Meski hanya Allah yang Maha Tau dimana letak ujungnya. 


Tugas kita hanyalah menjaga diri, hati, serta bersiap menyambut kehadirannya disaat hati tenang dan berserah diri. 


Asrida Juliana.

#TenangAdaAllah #MenetralkanHati #CintaKarenaAllah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah