Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2017

Kapan Nikah?

Oleh : @asridachida Saya sempat diprotes oleh teman segrup saya gara-gara bahas nikah melulu. Katanya,"kenapa sih bahas nikah mulu? Gak bosen apa?". Jawaban saya sederhana,"Ya karena belum nikah makanya bahas nikah mulu. Kalau udah nikah juga ga akan bahas lagi. " Hehe Tetapi sebenarnya saya termasuk orang yang serius dalam membahas tentang pernikahan. Meskipun terkenal baper kalau udah disinggung soal jodoh, tetapi dibalik itu semua saya  diam-diam sedang menyiapkan perbekalan. Heem, kuliah di fakultas psikologi setidaknya salah satu upaya untuk menambah perbekalan menujunya. Serta berikrar pada diri bahwa perkara ini adalah perkara serius yang tidak boleh sampai salah strategi. Judul tulisan kali ini tentang sebuah pertanyaan fenomenal kekinian yang akan heboh ketika musim syawalan nanti. "Kapan nikah?" Itu seperti sebuah pertanyaan yang jawabannya itu sangat amat rahasia. Gak ada di google, youtube, facebook, instagram, buku-buku atau sejeni

Aku Ingin Nikah

Ketika sekarang sedang heboh menyiapkan jawaban atas pertanyaan, "Kapan nikah?" yang sebentar lagi launching, sekarang kita bahas tentang bagaimana minta izin untuk menikah. Dipostingan Ahmad Jauhari  ada sebuah tulisan tentang cara atau strategi meminta izin kepada orang tua (Ummi) untuk bisa menikah. Tulisan yang inspiratif. Membuat saya tergerak untuk berbagi trik dan tips juga. Meskipun saya juga belum menikah, tetapi cara ini seperti pola yang hampir berhasil. Hehe Izin dari orang tua adalah hal yang utama dalam menikah. Sebab Ridho Allah juga terdapat pada Ridho keduanya. Selain itu, orang tua adalah pemegang tanggung jawab utama atas diri kita. Makanya gak mudah baginya untuk melepaskan kita pada pria yang belum dipercayainya. Menurut kamu, kenapa orang tua belum mengizinkanmu menikah? Coba pikirkan dulu jawabannya. Sebab dari sini kita akan mendapat beberapa strategi untuk melobi orang tua. Hehe Kalau saya jawabannya ini : >>Masih muda dan masih kuliah

Jangan Paksa Untuk Sama

Sejak kasus anu yang sudah di penjara itu, pembahasan tentang agama jadi makin sensitif. Padahal dulu kita bebas beragama dan bebas mendakwahi agama kita masing-masing. Di Indonesia mungkin banyak ragam budaya serta agama. Dari dulu saya belajar kok tentang agama selain Islam. Meski cuma mengenalnya sekilas, tetapi sudah bisa menjelaskan kalau tiap agama punya konsep tuhan yang beda. Makanya ritual agamanya beda, aturannya beda, sehingga menghasilkan perilaku manusia yang beda pula. Terus masih mau nyama-nyamain agama? Kalau pake logika berpikir yang jernih, itu namanya kesamaan yang dipaksa. Cuma dengan lebel kebaikan lantas menyamaratakan keimanan? Oh jelas tidak masuk akal. Bayangkan jika ada dua pimpinan. Keduanya punya karakter yang beda, punya aturan yang beda, dan memberi misi yang beda. Meskipun tujuan dari misi itu sama, tetapi sumber perintah dan cara untuk mencapainya apakah sama? Jelas beda. Kalau mau disamain berarti samakan saja pemimpinnya. Tolong jangan