Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Kepada Putra-putriku [Book Review]

Review Buku Bersama Mahjarbook club Judul : Kepada Putra-putriku Penulis : Ali Atthonthowi Penerbit : Gema Insani Press Tahun : 1987 Jumlah hlm : 48 hlm Penulis review : Asrida Juliana Sesuai tahunnya, buku ini sudah lama ditulis dan diterbitkan. Saya kira bakalan bosen atau gak sesuai dengan fenomena saat ini. Tetapi ternyata saya salah. Selepas menyelesaikan buku ini, air mata saya tetap saja mengalir. Terasa dekat dan lekat nasihat seorang ayah dalam buku ini. Ditulis apa adanya dan penuh makna. Seorang ayah berusia setengah abad alias 50-an tahun yang menulis buku ini. Persis dengan usia ayah saya saat ini. Isinya seperti surat untuk anaknya. Ada 2 bagian, satu khusus untuk anak perempuan alias putri dan satu lagi untuk anak laki-laki alias putra. Penulis mempu membahasakan tulisan sesuai dengan bahasa khusus perempuan dan laki-laki. Nasihat sederhana tapi penting sekali disampaikan oleh orang tua terutama ayah sebagai panutan dalam keluarga. Nasihatnya tentang bahaya

Menjadi Mujahidah Writer

Aku bukan seorang mentor menulis. Bukan pula orang yang sudah lama menggeluti bidang kepenulisan. Aku hanyalah seorang perempuan  yang jatuh cinta dengan menulis. Bahkan dulu pernah Allah izinkan mendapat hidayah dari sebuah tulisan. Selama perjalananku mengenal diri, aku menemukan banyak wadah kebaikan. Aku ikut berbagai komunitas kebaikan salah satunya komunitas menulis. Disanalah aku pertama kali belajar untuk berani menyusun kata demi kata. Merangkai kalimat demi kalimat. Menyusunnya menjadi sebuah paragraf utuh. Hampir setiap hari aku merenungi tentang dinamika kehidupan. Ternyata banyak hikmah yang bisa aku tuliskan. Sampai tak terasa ternyata semakin aku sering menulis hikmah, maka semakin aku banyak belajar. Aku adalah penulis yang berbahagia. Aku bahagia ketika Allah memberiku hidayah untuk bisa menangkap hikmah. Aku bahagia saat tulisanku bisa menjadi pengingat dan penguat diri. Aku pun bahagia saat orang lain juga ikut mengambil manfaat dari setiap tulisan sedernana.

Ketika Hidupmu Mulai Ambyar

Pernah gak sih ngerasa lelah banget jiwa dan raga? Masalah kian bertambah. Pekerjaan bertumpuk dan tertunda. Pikiran penuh dengan ketakutan yang muncul tiba-tiba. Hingga akhirnya tak ada yang bisa dilakukan sama sekali. Diri serasa hilang daya. Itulah titik dimana hidup mulai ambyar. Berantakan dalam berbagai urusan. Waktu berlalu penuh dengan beban. Hari-hari berlalu tanpa ada harapan. Seakan bahagia hanya sebuah selogan. Disaat hal itu terjadi, mari mengambil jarak dan menepi. Berdialog dengan diri. Mengungkapkan segala isi hati. Awali dengan sapaan di depan cermin, "Apa kabar wahai hati? " Tak perlu terburu-buru mencari kawan pelampiasan rasa. Temui dulu diri sendiri di dasar hati. Bicaralah dengan nuranimu yang selalu setia menemani. Ia adalah sahabat sejati yang melengkapi diri. Bicaralah jujur kepada diri. Apa kiranya yang membuat hidup menjadi sulit dan terasa sakit tiap hari? Apakah  karena pondasi hidup yang mulai rapuh? Apakah sebab kita yang sering menyaki

Teladan Cinta

Setiap ujian cinta pasti ada teladannya. Jikalau rasa itu hadir dari seorang perempuan berhati lembut terhadap seorang laki-laki berperangai indah. Barangkali kita bisa belajar dari kisah Nabi Yusuf as dan Siti Zulaikha. Betapa besar rasa cinta Zulaikha pada Yusuf, ternyata mampu menembus batas sadarnya seketika. Membuatnya hilang arah. Hingga tak kuasa menahan segala rasa yang ada. Ia hampir terperangkap cinta buta. Ia hampir mengikuti hawa nafsunya. Tetapi, atas perlindungan Allah ia pun selamat. Nabi Yusuf, masih mampu pertahankan imannya. Hanya pada Allah keduanya berserah. Hanya kepada Allah rasa cinta ini dikembalikan. Serta hanya untukNya segala pengrobanan harus dilakukan. Saat pertolongan Allah menjadi penjaga diantara keduanya. Hidayah pun hadir. Pilihannya ialah melepas, bukan memaksakan takdir. Sebab terlalu menyakitkan jika harus mengejar bayangan. Hanya akan menyisakan tangis tanpa ada pertemuan yang diidamkan. Zulaikha pun tak bisa sepenuhnya menyalahi rasa yan