Kapan Nikah?



Oleh : @asridachida

Saya sempat diprotes oleh teman segrup saya gara-gara bahas nikah melulu. Katanya,"kenapa sih bahas nikah mulu? Gak bosen apa?". Jawaban saya sederhana,"Ya karena belum nikah makanya bahas nikah mulu. Kalau udah nikah juga ga akan bahas lagi. " Hehe

Tetapi sebenarnya saya termasuk orang yang serius dalam membahas tentang pernikahan. Meskipun terkenal baper kalau udah disinggung soal jodoh, tetapi dibalik itu semua saya  diam-diam sedang menyiapkan perbekalan. Heem, kuliah di fakultas psikologi setidaknya salah satu upaya untuk menambah perbekalan menujunya. Serta berikrar pada diri bahwa perkara ini adalah perkara serius yang tidak boleh sampai salah strategi.

Judul tulisan kali ini tentang sebuah pertanyaan fenomenal kekinian yang akan heboh ketika musim syawalan nanti.

"Kapan nikah?"

Itu seperti sebuah pertanyaan yang jawabannya itu sangat amat rahasia. Gak ada di google, youtube, facebook, instagram, buku-buku atau sejenisnya. Sama seperti pertanyaan seputar takdir lainnya.

"Kapan mati?"

Ah.. Kok jadi serem gini rasanya kalau ditanya soal takdir yang ini. Beda kalau ditanya dengan pertanyaan sebelumnya, seperti ada rasa ingin segera gitu. Tapi kalau yang ini rasanya apa? Ya mau bilang nanti dulu juga ga bisa juga sih ya. Intinya mah jawaban atas kedua pertanyaan diatas adalah, "Hanya Allah yang Maha Mengetahui Segalanya."

Tetapi janji Allah itu pasti. Maka suatu saat keduanya akan terjawab seiring doa dan usaha kita untuk menyiapkan diri dalam menghadapinya nanti. Siap ga siap juga pasti datang sih. Tapi enakan mana? Ketika siap atau saat tidak siap sama sekali?

Lalu bagaimana fenomena nikah muda saat ini? Dimana anak muda berlomba-lomba mencari jodoh kesana-kemari. Ada yang niatnya Lillah. Tetapi ada juga yang cuma ikut-ikutan atau bahkan sebab 'kecelakaan'. #naudzubillah

Tetapi pernah gak berpikir tentang kaka kita yang usianya sudah matang, tetapi jodohnya belum kunjung datang? Bagaimana perasaan mereka?

Ah.. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa semakin dewasa seseorang maka emosinya semakin stabil. Mereka tidak seheboh para muda mudi dalam menanti. Waktu penantiannya bukan diisi dengan obrolan soal jodoh yang belum menghampiri, melainkan tentang kesiapan diri.

Saya jadi ingat ceramahnya ustad Hanan, bahwa kita di dunia pasti di uji. Iman kita kalau mau naik tingkat pasti di uji dulu. Maka kalau mau dinyatakan lulus uji untuk siap menikah salah satu indikatornya adalah lulus ujian kesabaran.

Kata mentor saya Wildan Fuady, puncak memantaskan diri wanita adalah bersabar. Hingga sabar itu yang akan menghantarkan kita pada takdir indahNya.

"Kuliah sudah, kerja sudah, tabungan sudah, hafalan sudah, memenuhi harapan orang tua juga sudah. Cuma tinggal jodohnya aja yang belum."

Nah begitulah ujiannya. Kita akan merasakan manisnya buah dari kesabaran setelah kita mau menahan pahitnya menumbuhkan pohon kesabaran. Hingga semakin besar pohon itu tumbuh, maka makin besar pula buahnya.

Boleh jadi Allah menunda suatu kebaikan sebab Allah sedang menyiapkan yang terbaik untuk kita. Kalau maunya sekarang ya tinggal ngaca aja. Kualitas kita sudah sampai mana? Kan jodoh itukan cerminan diri kita.

Mau yang hafiz mutqin 30 juz. Coba ngaca, kitanya udah berapa juz? Jangan-jangan baru juz 30.

Mau yang lulusan terbaik seuniversitas. Coba ngaca? Kitanya udah belajar yang bener belum?

Mau yang penyayang dan berbakti sama orang tuanya. Ngaca lagi, kitanya udah sayang belum sama orang tua setulus hati?

Mau yang ini dan itu banyak sekali.... Berarti ngaca lagi dan lagi banyak sekali. Hehe

Pantaskan diri kita karena Allah, bukan karena jodoh. Biar jodoh jadi urusan Allah aja. Berharap sama Allah gak mungkin kecewa, yang penting kita juga perlu sadar diri. Udah melakukan yang terbaik belum untuk berharap padaNya?

Ada sebuah do'a yang diucapkan oleh dosen Fiqih saya Pak Utob setelah perkuliahan selesai. Beliau prihatin melihat zaman yang makin mengancam iman. Makanya beliau mendoakan kami, "Semoga anak-anak bapak yang perempuan tidak dilambatkan nikahnya. Dipertemukan dengan jodohnya disaat waktu yang tepat dan dalam kondisi yang siap." Aamiin.

MasyaAllah... Biasanya aku dengar doa,"Semoga kamu disegerakan ya, Chid." Ah ternyata pemilihan kata disegerakan itu kurang tepat ya. Terkesan terburu-buru dan berharap takdir itu harus secepatnya terlaksana.

Doa yang dilantunkan dosen saya ternyata lebih menenangkan. "Semoga tidak diperlambat" artinya bahwa kita percaya bahwa Allah sudah tetapkan takdirNya untuk kita. Tetapi kalau ternyata lebih lambat hadirnya, boleh jadi sebab kesalahan diri kita sendiri yang masih suka bermaksiat hingga rahmatNya enggan mendekat.

Maka kapanpun kita menikah, insyaAllah itulah saat yang paling tepat versi Allah. Yang penting selama masa menyiapkan diri ini (sendiri/jomblo mandiri), kita senantiasa menjaga hati, pikiran dan perbuatan dari dosa-dosa yang menjauhkan kita dari ketenangan dalam penantian ini.

Punya target menikah itu boleh saja. Tetapi ajukan itu pada Allah disepertiga malam kita. Manusia berencana, Allah berencana. Jika rencana kita terkabul berarti rencana Allah terlaksana. Kalau belum? Tunggu saja ketetapanNya yang indah pada akhirnya.

Jadi, kalau ditanya lagi,

"kapan nikah?"

Jawabnya gampang,

"InsyaAllah setelah Allah menyatakan bahwa saya  pantas dan siap menanggung amanah pernikahan."

"Kapan persisnya?"

"Tanya aja sama Allah yang Maha tau."

Rumusnya tinggal kita yakin, doa, lalu ikuti syariatNya. InsyaAllah takdirNya selalu tepat dan terbaik bagi hamba-hambaNya yang bertaqwa.

#Kapanikah?
#Siapkansaja
#BersabardalamTaat
#AJ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah