Disaat Futur Melanda

Ada masanya kita bersemangat dalam beribadah. Mudah menyegerakan sholat awal waktu, mudah mengeluarkan sedekah, ringan tangan dalam berbuat baik serta mampu berlama-lama dengan Al-Qur'an. Lalu, tiba-tiba datang pula masa-masa semua ibadah terasa berat sekali. Sholat jadi lalai, bersedekah jadi abai, membantu orang jadi malas dan membaca Al-Qur'an terbengkalai. Itulah masa dimana futur melanda.


Naik turunnya iman kita bukanlah pembenaran bahwa kondisi futur ini wajar adanya. Justru, iman yang berdinamika harusnya membuat kita lebih waspada. Serta lebih peka terhadap sebab terjadinya. Mulailah pelajari pola naik dan turunnya iman agar kita bisa berupaya maksimal untuk menjaga dan mengelola. Minimal jika futur melanda, kita punya kesadaran yang cepat untuk bermuhasabah dan melanjutkan mujahadah.


Jika kita resapi surat Asy-Syams ayat 7-9 bahwa Allah berfirman, "Demi jiwa serta penyempurnaan (ciptaan) nya. Maka dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan ketakwaannya. Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwa (itu)." Maha Benar Allah atas segala firmanNya. 


Allah yang Maha Sempurna, telah menciptakan jiwa dengan sempurna. Pasti ada maksud besar kenapa jiwa kita mudah berubah. Sebab, kalau jiwa itu tetap, maka kita hanya akan menjumpai malaikat yang selalu taat atau iblis yang selalu jahat. Maka manusia itu diberi dua jalan untuk menguji keimanan. Ada jalan keburukan atau jalan ketakwaan? Disitulah perseturuan antara nafsu, akal dan hati. Saat kita malah condong pada keburukan, berarti kita sedang menjauh dari fitrah ketaatan. Maka syaitan akan ikut membuat kita terpedaya dengan nafsu. Sampai kita terbuai dengan nikmat yang semu. 


Semakin menjauh dari cahaya, kita akan semakin redup dan hampa. Ibarat hati adalah cermin, maka setiap dosa akan membekaskan bintik hitam padanya. Semakin kita biarkan maka hati akan semakin keruh. Gelisah, galau, bingung, serta emosi negatif akan ikut bersemayam. Sebab ada tenang yang hilang. Maka seketika hidup menjadi tak karuan. Urusan menjadi berantakan. Tugas pun tak kunjung terselesaikan. Amanah pun jadi terabaikan.



Disaat futur melanda, pasti ketidaknyamaan membuat kita semakin ingin lari dari kenyataan. Serta satu persatu kemaksiatan masuk menjerumuskan. Maka yang membuat ibadah kita jadi berat adalah dosa yang tak kunjung dipangkas dengan taubat. Akhirnya lingkaran syaitan pun mengelilingi kita. Saat ibadah tak bergairah, masuklah celah maksiat, mulailah terjerat, membuat ibadah semakin berat dan iman makin sekarat. 


Wahai jiwa yang rindu ketenangan, mau sampai kapan kita terperangkap dalam futuran? Bukankah kita semakin lelah dan lemah jika terus berada dalam kondisi ini? Bukankah kita rindu hati yang tenang dan lapang? Bukankah kita ingin hidup teratur dan urusan dimudahkan? Mari berhenti, menepi dan berdialoglah dengan yang Maha Pemilik Hati. 


Keresahan kita saat futur melanda adalah sinyal hidayah bagi orang yang mau memahami. Jangan abaikan tanda ini. Segeralah untuk menyucikan jiwa. Awali dengan istighfar dengan penuh sadar. Lalu berdo'alah memohon hidayah dan ampunan dengan setulus hati. 


Ambil jeda dari konektivitas dengan manusia. Sambungkan konektivitas kepada pemilik jiwa. Mulai dialog dengan diri dan Rabbul Izzati. Akui segala dosa yang terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi. Sungguh, Allah Maha Tahu dan senantiasa menjadi saksi. Kita memang hamba yang hina dan mulai lupa diri. Hanya Allah yang mampu menguatkan kita dititik terlemah ini. 


Setelah perasaan sesal berkecamuk, tangis mulai membasahi pelupuk mata serta tubuh mulai berpasrah. Ambilah wudhu, sholat taubat  dan bukalah mushaf. Bacalah  Al-Qur'an dengan tartil. Mintalah ketenangan dan berkah dari Al-Qur'an. Teruskan sampai jiwa kembali terisi. 


Luruskan kembali niat yang mulai melenceng. Ingat kembali tujuan penciptaan kita yang begitu istimewa. Ingat lagi hakikat dunia yang hanya sementara. Serta ingat kembali kehidupan akhirat yang begitu panjang dan nyata. Syurga yang dirindu serta neraka yang kita hindari. 


Bisa jadi, kefuturan ini terjadi karena kita mulai terlalu dekat dan akrab dengan dunia. Tanpa sadar memendam cinta padanya. Sehingga niat kita tak lagi tulus dan lurus karena Allah. Inilah awal dari perangkap kefuturan kita. Maka, luruskan niat dan maknai setiap ibadah yang kita kerjakan. Pastikan kita sadar sebelum berbuat. Itulah pentingnya adab sebelum ilmu dan amal.


Jangan pernah merasa aman dengan setiap amal yang kita lakukan. Sebab semua murni karena Allah yang mampukan. Bersyukurlah atas nikmat iman dan Islam. Ternyata sungguh mahal dan berharganya hidayah yang Allah berikan pada hamba-hamba pilihan. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah. Senantiasa berubah menuju perbaikan hingga sampai pada puncak ketakwaan. 


Yaa muqollibal qulub tsabitqolbi 'alaa diinik.


Teruslah berpegangan pada tali Allah dan jadikan ukhuwah perekat ketaatan dan penjaga keistiqomahan. Berdo'alah dan saling mendo'akan agar Allah mudahkan kita dalam menjalankan setiap ketaatan. 


Asrida Juliana

Jum'at, 18 September 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah