Berhenti Bermimpi

Aku teringat saat pertama kali perjalanan impian ini dimulai. Selepas masa putih abu-abu aku menjadi pejuang mimpi. Aku tuliskan semua cita-citaku disebuah catatan sedari aku lulus ujian nasional sampai aku wafat. Tepat sekitar lima tahun lalu. 


Selepas aku menuliskannya, Allah perjalankan aku menemui guru dan teman-teman seperjuangan. Berawal dari mimpi lalu diteruskan dengan berbagai aksi. Ternyata sedikit demi sedikit impian itu menjadi semakin dekat. Walau tak semudah yang aku kira, tetapi perjalanan ini sungguh berharga. 


Ibarat sedang mendaki puncak gunung, sepertinya aku saat ini sedang berada di atas bukit. Titik dimana aku bisa sedikit merasa puas dan cukup atas perjalanan ini. Tetapi, jika aku berhenti disini  sepertinya aku tak akan sampai pada tujuan akhir yang aku tetapkan. 


Zona ini sepertinya membuatku hampir terlena. Seolah perjuanganku sepertinya cukuplah disini saja. Padahal, aku masih jauh dari aman. Bahkan aku bisa dengan mudah tergelincir dan jatuh sehingga tak dapat lagi mendaki ke atas. Namun, memang tak mudah untuk kembali memiliki energi sebesar awal aku mencanangkan mimpi. 


Lalu hari ini aku putuskan untuk berhenti. Beristirahat sejenak dari segala rutinitas yang menyita hati. Aku berusaha mengingat lagi episode yang telah terjadi. Sepertinya dulu aku benar-benar serius untuk berubah. Dari perempuan yang penuh keraguan dan ketakutan menjadi perempuan berani dan percaya diri. 


Hingga aku kembali sadar, perubahan ini bukanlah sebuah ambisi untuk menjadi terkenal di bumi. Tetapi perubahan ini adalah murni panggilan hati. Inilah hidayah yang Allah beri dan harus aku jaga sampai mati. Jika aku harus menyerah dan merasa cukup dengan perjuanganku, mungkin aku lupa bahwa titik puncak sebenarnya hanya ada selepas aku tiada. Sebab tujuan akhirku adalah syurga. 


Jikalau aku tidak sebersemangat dulu, maka aku harus memperbaharui lagi niat dan kembali menetapkan misi. Iya, misi bukan lagi mimpi. Sebab impian bisa saja berubah, tetapi misi haruslah ditetapkan dan dijalankan sampai tuntas. 


Agar nanti saat kembali menghadap Allah, aku bisa tersenyum mengingat kembali segala upaya untuk menyelesaikan misi yang menghantarkan aku pada keridhoan Illahi Rabbi.


Berhenti bermimpi dan mulailah tetapkan misi. Hidup ini hanya sekali dan jadikanlah berarti. 


Asrida Juliana. 

Jakarta, 14 September 2020

Mujahidah Writer 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah