Menikahi Visi

Hari ini tepat 2 oktober 2020. Sebuah hari  yang istimewa bagiku. Sebab di hari inilah  aku memberi batas waktu untuk mengakhiri semua rasa sedih, kecewa serta harap pada makhluk. Hari terbebasnya hati dari ketergantungan pada manusia yang selalu berpotensi menyakiti. Hari disaat aku memulai lembaran baru dalam menjalani hidup dengan rasa berserah diri.


Ternyata hari ini pun adalah peringatan 833 tahun pembebasan Palestina oleh Shalahuddin Al-Ayyubi dan pasukannya. Sebuah peristiwa sejarah yang begitu istimewa. Mengingatkanku kembali akan kisah pertemuan kedua orang tua Shalahuddin yang begitu luar biasa. Kisah  Nuruddin zanki bertemu dengan istrinya seperti sebuah kisah penguat dan penyemangat. In syaa Allah atas izin Allah, kita juga akan menikah dengan orang yang satu tujuan yang sama. Asalkan sabar dan yakin hanya pada-Nya.


Ayah dan ibu Shalahuddin salah satu contoh pemuda dan pemudi yang punya cita-cita besar dalam membangun keluarga. Bukan hanya memikirkan untuk kebahagiaan diri dan keluarga. Melainkan jauh lebih luas dari itu, keduanya berpikir bagaimana pernikahan ini melahirkan generasi terbaik yang bisa menjaga dan mengambil kembali aset Ummat Islam yang jelas disebutkan Allah dalam Al-Qur'an, Masjidil Aqsha Al-Mubarak.


Ternyata perjalanan pertemuan kedua insan yang satu tujuan ini penuh dengan perjuangan. Berkali-kali mereka harus menolak orang-orang yang berbeda tujuan. Perkara ini bukan soalan mudah. Sebab pasti orang yang datang untuk melamar atau ditawarkan bukanlah orang yang sembarang. Mungkin ada yang wajahnya rupawan, hartawan atau bangsawan. Tetapi semua godaan itu terkalahkan karena keduanya punya  tujuan besar yang tak mungkin  dikorbankan hanya karena nikmat dunia semata.


Penantian dan pencahariaan keduanya tidaklah sia-sia. Di saat keduanya terus bergerak membuktikan niat yang mulia, di kala itu pula langkah mereka kian mendekat. Allah senantiasa menyaksikan perjuangan dua insan yang memiliki satu tujuan yang suci. Kekuatan dan kejujuran niatnya membuat Allah memberi pertolongan dengan sebuah sekenario yang begitu sempurna.


Dikisahkan bahwa Nuruddin zanki pada suatu hari berkunjung ke rumah salah seorang syaikh. Disitulah ia mendengar syaikh sedang berdialog dengan seorang perempuan dibalik tirai. Perempuan ini diceritakan telah menolak lamaran dari banyak lelaki yang datang. Sampai syaikh pun heran dan bertanya, "Mengapa kau menolak lamaran dari semua pria yang datang?" lalu dengan yakin perempuan itu menjawab, "Aku hanya ingin menikah dengan seorang pria yang bercita-cita untuk melahirkan anak yang akan membebaskan Palestina!"


Nuruddin yang mendengar perbincangan itu langsung tesentak kaget sebab apa yang dikatakan perempuan itu sama dengan apa yang ia cita-citakan selama ini. Ia hanya ingin menikah dengan perempuan yang bercita-cita untuk melahirkan anak yang akan membebaskan Palestina.


Pencahariaannya pun ternyata berhasil atas izin Allah. Setelah ia mendengar dialog syaikh dengan perempuan itu, ia langsung melamarnya tanpa pedulikan rupa, harta atau pun keturunannya. Sebab kesamaan tujuan ini telah menguatkan hatinya untuk yakin memilih sosok pendamping yang siap berjuang bersama mewujudkan mimpi besarnya.


Penantian Ibunda Shalahuddin menemui ujungnya. Setelah ia sekuat tenaga menahan diri untuk tidak menerima tawaran orang yang tak sesuai harapannya. Akhirnya sampai juga pada buah dari kesabarannya. Sebab disini ia menanti seorang lelaki yang tak tahu kapan dan dari mana datangnya. Kalau bukan karena keyakinannya pada Allah, mungkin tak bisa sekuat itu ia menjalaninya.


Memang jiwa-jiwa itu berkoloni. Kemistrinya tak hanya bisa dilihat dari kemiripan wajah atau kesamaan amanah. Melainkan terkoneksi tersebab ketakwaan dan pengharapan yang bermuara pada Ridho Allah semata. Maka dengannya cinta pada Allah merupakan landasan utama dalam mencintai makhluknya. Sehingga kadar cinta pada manusia tak pernah mengalahkan besarnya cinta pada Sang Maha Kuasa.


Disitulah kita akan belajar arti mencintai karena Allah. Ternyata itu bukanlah sebuah selogan atau gombalam islami. Melainkan sebuah kata yang harus dibuktikan dengan perjuangan mengolah rasa hingga mencapai titik tawakal maksimal. Di saat sudah tidak ada lagi berhala dihati. Hanya ada cinta, yakin, dan harap hanya pada Allah. Serta kesabaran yang indah akan berbuah manis jua. Bahkan jauh lebih indah dari yang kita duga.


Untukmu yang sedang dalam masa penantian. Berhentilah berharap pada nama sesiapun orang. Sebab itu hanya sejatinya penghalang. Cukuplah Allah yang Maha Tahu kepada siapa penantianmu akan berlabuh. Fokuslah pada apa yang ingin kau tempuh setelah amanah ini jatuh.


Buatlah rancangan keluarga impian yang ingin dibangun. Kenali dengan baik dirimu sendiri, fokuslah untuk menjadi yang terbaik untuk Sang Khaliq. Jujurlah dalam niatmu. Sebab kita akan mendapatkan apapun yang kita niatkan. Maka niatkanlah hanya untuk Allah. In syaa Allah, pertolonganNya akan selalu hadir tanpa diminta. Libatkan Allah disetiap lini hidup kita. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana.


Untukmu yang sedang berjuang dalam masa pencaharian. Jangan berhenti dan menyerah bila belum bertemu dengan pasangan yang satu tujuan. Ingat, bahwa yang kau cari bukan hanya pasangan hidup yang menyenangkan hati. Tetapi ia adalah calon ibu terbaik dari anak-anakmu nanti. Pastikan kamu memilihnya dengan jalan terjaga serta memperjuangkannya dengan taqwa. Semoga kelak keluargamu adalah keluarga yang ahlul qur'an, ahlul 'ilmi dan ahlul Jannah. Aamiin ya mujibassailin.


Asrida Juliana

Jakarta, 2 Oktober 2020

Komentar

  1. Maasyaa Allaah bagus sekali karyanya, in syaa Allaah sangat bermanfaat dan menginspirasi bg para pembaca

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah