Mengingat Rasa yang Pernah Ada

Ada sebuah rasa yang begitu istimewa. Muncul dibulan yang mulia. Disaat rasa itu ada, nikmat terasa begitu dahsyat. Seolah tak ingin beranjak dan pergi dari waktu yang singkat. Rasa yang pernah ada ini membuat kita berubah menjadi sosok yang berbeda. Lebih sabar, taat, baik, suka berbagi, tak mudah mencaci, dan dekat dengan kalam Illahi.

Rasa itu adalah rasa nikmatnya ibadah di bulan suci Ramadhan. Apakah kita masih mampu merasakannya saat ini? Setidaknya semangat untuk memperbaiki diri masih tersemat di dalam nurani. Meski tak semewah saat dibulan suci. Tetapi energi untuk melanjutkan ketaatan tak hilang atau pergi.

Mari kita ingat lagi tujuan dari hadirnya bulan Ramadhan. Bukan hanya soalan perintah puasa yang menjadi kewajiban yang harus tertunaikan. Tetapi tujuan besar dari bulan suci ialah untuk menjadi sejatinya hamba dengan derajat terbaik yaitu taqwa. Maka waspadalah saat futur melanda setelah Ramadhan berlalu. Mari kita ingat lagi jejak ruhiyah dimasa terbaik itu.

Jadikan sebagai tujuan sepanjang hayat kita. Bukan hanya di bulan suci Ramadhan saja. Sebab ia adalah upaya ketaatan pada Allah dengan sejatinya taat. Menjalankan seluruh perintahNya dan menjauhi seluruh laranganNya. Inilah mujahadah yang besar. Tentu kita harus berjuang melawan nafsu yang ada di dalam diri ditambah syaitan yang ikut menggodai.

Taqwa adalah kunci dalam hidup. Sebab Allah memberikan banyak keuntungan untuk orang-orang yang bertaqwa di dunia maupun di akhirat. Coba kita tadabburi surat At-talaq ayat 2 dan 3.

Di ujung ayat ke 2 surat At-talaq Allah berfirman bahwa,"Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya." Lanjut ayat ke 3,"Dan Dia memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."

Ya Allah.. Betapa indahnya hidup jika kita menjadikan taqwa sebagai pegangan. Barangkali setiap kegalauan dan kesulitan karena ujian yang menimpa kita disebabkan karena ketaqwaan yang tidak lagi kita perjuangkan.

Sehingga jalan keluar menjadi samar. Rezeki tak pernah tercukupi. Berat rasanya untuk berbagi. Serta rasa tawakal yang tak lagi menghiasi hati. Efeknya ialah kita akan kembali sibuk dengan urusan dunia yang tak pernah ada habisnya. Tetapi hati terasa hampa, gundah dan terasa menyiksa.

Maka ingatlah rasa yang pernah ada di bulan suci Ramadhan. Betapa kita dimudahkan oleh Allah dalam menjalani ketaatan dan terhindar dari kemaksiatan. Rindukah kita dengan rasa yang pernah ada ini?

Jika benar rindu itu ada, mari kita kembali berjuang untuk menata hati. Menjadi pengendali atas diri dan mengelola nafsu agar tidak mendominasi. Kembali dekati Allah lewat upaya ketaatan. Jaga kembali sholat wajib dan sunnah, perbanyak interaksi dengan Al-Qur'an, hidupkan lagi waktu sahur dengan sholat dan istighfar, berpuasa sunnah dan perbanyak sedekah. Kita bisa kembali menguatkan rasa yang pernah ada. Ramadhan boleh saja pergi tetapi Allah selalu ada membersamai.

Jika kita menemui kesulitan hidup saat ini, berhentilah untuk mencari solusi. Tetapi dekati Allah yang Maha Segala. Tetap husnudzon atas segala ketatapan yang Allah beri. Berdo'alah setulus hati. Sebab fitrah manusia ketika ditimpa kesulitan adalah mencari pertolongan. Maka jadikan Allah satu-satunya tempat untuk meminta pertolongan.

Semoga rasa nikmat dalam ibadah di bulan suci Ramadhan bisa kita rasakan kembali. Sambil berharap dipertemukan lagi dengan bulan suci dalam keadaan lebih siap untuk berjuang mendapatkan ampunan dan Ridho Illahi.

Asrida Juliana.
Jakarta,4 Juli 2020.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah