Sejatinya Masalah


Setiap orang pasti punya masalah dalam hidupnya. Mungkin masalahnya beraneka ragam. Tidak sama disetiap jalan hidup semua orang. Tapi anehnya kita sering berilusi bahwa ada orang yang hidup tenang tanpa masalah. Sehingga kita merasa bahwa hidup kita yang paling menderita.

Apalagi dijaman serba terbuka ini. Kita bisa dengan mudah melihat sisi enaknya hidup orang lain. Sehingga masalah yang kita derita akan kita bandingkan dengan hidup orang lain yang sempurna. Padahal, sisi ketidaksempurnaan orang lain pasti ada. Hanya saja berbeda tempat dan tingkatnya.

Saat kita sedang bermasalah dengan keluarga. Sementara kita melihat dan mendamba keluarga harmonis yang kita lihat diluar sana.

Saat kita sedang bermasalah dengan urusan perkuliahan atau kelulusan. Lalu kita melihat bahagianya teman kita selepas wisudanya.

Saat kita sedang bermasalah dengan urusan pekerjaan atau bisnis. Tiba-tiba kita lihat teman kita yang sedang menikmati gajian dengan liburan atau berbelanja.

Ketika kita sedang berjuang menjaga diri dengan status jomblo sampai halal. Seketika muncul foto pernikahan serta berbagai kemesraan suami istri yang sudah menikah.

Bagaimana rasanya? Tentu tidak mudah. Masalah kita semakin terasa menyesakkan dada. Padahal bukan karena kita tidak bisa melewati masalah yang kita hadapi, hanya saja kita belum bisa melihat masalah dari sisi lain saja.

Hal ini bisa jadi karena respon awal kita terhadap masalah adalah emosi yang mendominasi. Sehingga masalah yang sebenarnya sudah Allah janjikan tidak akan melebihi batas kemampuan diri menjadi seolah amat membebani. Seolah saat masalah itu muncul, kita merasa tak sekuat dulu.

Serta masalah akan semakin besar dan berat selepas kita membandingkan masalah kita dengan ilusi hidup sempurnanya orang lain.

Padahal disetiap sisi bahagianya orang lain, ada duka serta pengorbanan besar yang sebelumnya ia hadapi. Maka lihatlah lebih dekat dan kita akan pahami. Bahwa Allah Maha Adil atas segala ketetapanNya.

Hidup ini memang hanya tempat singgah. Bahagia dan ujian ialah anugerah. Sementara masalah? Sebenarnya fatamorgana. Ujian bisa jadi masalah saat respon kita padanya salah. Sementara ujian menjadi anugerah saat kita meresponnya dengan meningkatkan iman dan taat kita padaNya.

Bahkan bahagia pun bisa jadi masalah saat kita lupa dari mana asal segala nikmat yang kita terima. Kehilangan rasa syukur sama saja dengan lupa dengan yang Maha Pencipta atas segala nikmat yang tiada henti mengucur.

Sejatinya masalah ialah respon kita pada setiap takdirNya. Apakah kita mampu menerima segala ketetapanNya serta terus menjalani hidup dengan semakin mendekat pada Sang Maha Kuasa.

Boleh kita mengaku lemah, boleh kita mengaku salah, boleh kita mengaku tak berdaya, serta boleh kita mengaku hina. Tetapi cukuplah kepada Allah yang Maha Menguatkan, agar kita diberi kekuatan. Boleh pada Allah, yang Maha Benar yang mampu menunjukkan jalan. Boleh pada Allah yang Maha Pengampun, yang mampu memberi kita ketenangan.

Bukankah jika kita mendekat pada Allah, setiap masalah akan menjadi anugerah terindah?

"Maka sejatinya masalah ialah saat kita jauh dariNya. Serta sejatinya anugerah adalah apa-apa yang mendekatkan kita padaNya."

Asrida Juliana.
Penulis yang #dirumahAja
Jakarta, 24 Maret 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah