Renungan Pranikah

Dear ukhti, dulu prinsipku adalah mempersilahkan siapa saja laki-laki yg berniat baik menikah datang untuk ta'aruf. Tapi ternyata niat baik saja tidak bisa langsung kita percaya dari lisannya. Ia harus sejalan dengan kesiapan dirinya.

Pengalaman yang Allah berikan dari berbagai proses ta'aruf yang belum berujung pada pernikahan membuat aku lebih berhati-hati dalam melihat pembuktian niat baik ini. Proses demi proses sebelumnya bisa dikatakan gagal mungkin disebabkan ketidakmantapan niat serta keterjagaan dalam proses ta'aruf.

Jangan tertipu hanya dengan keberanian ikhwan apalagi langsung baper jika ada ikhwan yang ngajak nikah. Membangun keluarga yg bervisi syurga, butuh dikawal dari awal prosesnya agar berkah Allah selalu meliputi disepanjang hidup kita.

Jangan sampai, kegagalan dalam proses ta'aruf membuat akhwat patah hati. Sehingga ilmu sebelum menikah ini penting sekali agar kita bisa kembali menguatkan tujuan pernikahan serta tujuan pembentukan keluarga nanti.

Niat yang lurus itu memang penting tapi ia harus dibuktikan juga dengan kesiapan yang lainnya. Ingatlah bahwa Laki-laki (suami) ialah qowwam untuk keluarganya (istri dan anak). Tugas qowwam itu berat. Ia harus bertanggung jawab dihadapan Allah kelak atas kepemimpinannya.

Tugas qowwam ialah pendidik bagi istri dan anaknya. Untuk bisa mendidik maka modal utamanya ialah agama serta akhlaqnya. Dua modal seorang pemimpin untuk bisa menentukan arah kepemimpinannya. Sebab laki-laki yg tidak siap memimpin, akan membuat rumah tangga menjadi lemah.

Bagaimana bisa mewujudkan visi misi keluarga jika dalam mempimpin diri sendiri saja belum sanggup? Jangan sampai, laki-laki berpikir kalau perannya setelah menikah hanya sebagai mesin ATM. Alias memberi nafkah lahir saja tanpa nafkah batin.

Tidak sedikit keluarga yang kandas saat diterpa ujian dalam rumah tangga salah satu sebabnya ialah laki-laki (suami) yang kehilangan fitrahnya sebagai qowwam bagi keluarganya. Jadi, memilih pasangan hidup artinya memilih pemimpin keluarga. Ingatlah visi dan misi hidupmu. Jangan turunkan standar kriteriamu hanya karena baper telah meresapi hatimu.

Ukhti, menikah bukan hanya tentang kisah kisah romantis ala selebgram. Sungguh, setelah menikah peran kita bertambah. Bukan jadi pendamping pangeran dari negeri dongeng kaya cinderella. Tapi sadarlah... Bahwa peran setelah menikah bukan hanya menjadi istri dari seorang suami. Tetapi juga sepaket dengan peran lainnya yaitu sebagai menantu, ipar, ibu, tetangga, tante dll. Orang tua kita bertambah. Keluarga kita bertambah. Tanggungjawab kita bertambah. Semua bertambah.

Jadi kalau nikah cuma karena baper, nanti abis nikah jadi makin baper. Sebab proses adaptasi awal pernikahan itu tidak mudah. Kita yang semasa single biasa kemana-mana sendiri, bebas mau kesana-sini, nanti kalau sudah menikah ya harus izin dulu ke suami. Dulu kita cuma mikirin enaknya diri kita aja tapi nanti kita harus mendahulukan kebutuhan suami dan anak. Ego kita harus bisa diredam. Emosi juga harus bisa diatur. Sebab setiap kata yg keluar dari mulut seorang istri dan ibu adalah do'a. Kebayang klo kita tidak siap mental, bisa-bisa kita malah jadi sumber malapetaka bagi keluarga sendiri.

Jika suami ialah qowwan dalam rumah tangga, maka istri harus belajar memposisikan diri sebagai orang yang mau dipimpin, mau dididik, mau mendukung suami dan juga taat pada suami. Sehebat apapun perempuan, jika ia sadar posisinya sebagai istri yang ridhoNya ada pada ridho suami. Pastinya ia akan berusaha untuk menjadikan suami sebagai qowwam yang ia hormati dan hargai keputusannya.

Lalu apa kesiapan fundamental yang harus dilakukan? Sadarlah kalau kita ini hamba Allah yg lemah. Kita tidak bisa mengandalkan diri sendiri atau orang lain. Dalam hidup ini, satu-satunya tempat meminta tolong ialah Allah. Hanya Allah. Maka bagaimana agar ditolong Allah? Lakukan apa-apa yang mengundang Ridho Allah.

Perbaiki hubungan kita dengan Allah. Jaga amalan dzohirnya seperti sholat, puasa, sedekah, tilawah dll, lengkapi juga dengan amalan batinnya seperti syukur, sabar, Ridho, tawakal, qona'ah dll.

Ya Rabb... Lagi-lagi menikah bukan perkara kenikmatan dunia semata, tetapi lebih jauh lagi yaitu soalan akhirat yang selamanya. Menikah bukanlah tujuan, ialah hanya jalan agar taat kita pada Allah semakin melesat.

Maka mulai saat ini, mari kita optimalkan diri. Sibuk untuk Allah. Sibuk menjadi hamba Allah yang bertaqwa. Bukan agar dpt jodoh yang sholih. Melainkan agar Allah ridho dengan kita dan atas izinNya kita dimampukan Allah untuk mendampingi pasangan yg sholih dan mushlih. Serta mendidik anak2 penerus peradaban Islam kelak.

Asrida Juliana.
Inspirator Muslimah.
#MujahidahWriter #Day6

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2