Terapi Memasak

Aku bukan orang yang ahli dalam memasak. Bahkan sebenarnya pengetahuanku soal rasa makanan pun terbatas. Paling kuingat beberapa makanan rumahan yang dulu sering dibuatkan oleh nenek, kakek, ibu dan ayah kala aku masih kanak-kanak. Sehingga sedikit cemas awalnya saat aku tumbuh dewasa dan mengetahui bahwa memasak adalah salah satu skill penting saat nanti berumah tangga. Bahkan dulu aku sempat ikut seminar tentang dampak memasak untuk kesehatan mental.

Memasak selain bisa menghemat perekonomian keluarga, ia juga bisa meningkatkan self-esteem (perasaan diri berharga) bagi yang memasaknya. Apalagi jika masakannya dimakan oleh orang teristimewa seperti keluarga. Selain menambah bahagia bagi yang memasak, ia pun akan menambah kedekatan antar anggota keluarga.

Ternyata memasak bukan hanya meninggalkan rasa di lidah tetapi juga dapat memberi kesan di hati. Hingga kelak memori soal masakan pun mampu membuat kita ingat beberapa momen masa kecil yang indah meski sesederhana makan masakan rumah buatan ibunda lengkap dengan suasana makan bersama.

Memasak buatku yang masih single juga menjadi sarana terapi emosi. Saat ritme hidup mulai tak seimbang, lalu makanpun jadi tak ada berselera. Salah satu caraku menenangkan diri ialah dengan melakukan aktifitas terstruktur dan kreatif seperti memasak. Selepas masakan selesai di masak, hatiku merasa bahwa aku bisa berguna. Setidaknya untuk diriku sendiri.

Memasak itu memerlukan proses. Selama proses itu kadang aku merenung dan berpikir kembali tentang makna hidup. Melihat bahan masakan yang berjejer rapi dan seragam warnanya membuatku mulai merasakan bahwa pikiranku yang rumit ini sedang kutata kembali.

Saat masalah seolah menjadi benang kusut yang membuat diri merasa berat dan tak sanggup menjalaninya, perlahan akupun menyadari bahwa masalah ternyata tak serumit itu. Hanya saja emosi berperan untuk menjadikan masalah terlihat lebih besar dan berat. Maka  pertolongan pertama bagi jiwa yang dilanda ujian ialah cari cara-cara untuk meredakan emosi. Hingga tenang kembali menguasai diri. Barulah kita bisa berpikir ulang untuk bisa menghadapi ujian demi ujian yang menghinggapi.

Lalu setelah melihat bahan masakan terjejer rapi proses selanjutnya ialah menyatukan semua bahan masakan ke dalam sebuah wadah seperti wajan atau panci. Proses ini membuatku memaknai lagi bahwa setiap ujian memang kadang terlihat rumit. Seketika pikiran tercampur aduk tak karuan.

Tetapi kelak pada akhirnya takdir selalu menghantarkan kita pada sebuah hikmah terbaik. Hanya saja saat ujian itu terjadi kita butuh meluaskan sabar sampai datang hidayah untuk bisa melihat hikmah indah yang menjawab semua tanya.

Saat masakan tersaji dengan rapi di meja makan, aku pun bisa kembali tersenyum. Seraya berkata dalam hati bahwa kelak kerumitan, kelelahan, serta ketidaknyamanan yang aku alami dalam setiap proses hidup akan menemui makna terindah dariNya. Setelah melewati kesulitan, maka Allah akan hadirkan kemudahan berlipat. Jika mau sedikit lagi bersabar hingga akhir, maka nikmat serta takdir indahNya akan terukir. Percayalah lagi akan janjiNya.

Jika kita maknai lebih dalam soal aktifitas memasak, maka kita akan temui kesadaran bahwa memasak bisa mendampak bagi kesehatan jiwa. Apalagi masakan yang disajikan untuk orang teristimewa seperti keluarga. Bukan hanya bahagia hatinya tetapi juga menjadi amal ibadah yang terus mengalir pahalanya. Sebab setiap suap makanan akan menjadi energi bagi tubuh yang nantinya akan digunakan untuk ibadah. Sehingga mengalir juga pahala ibadah untuk yang memasak.

Maka jadikan setiap aktifitas dunia bernilai ibadah dihadapan Allah dengan menelisik niat juga menyemai hikmah untuk kebaikan akhirat. Semoga setiap masakan untuk diri dan keluarga bukan hanya mengisi perut saja melainkan juga jiwa. Sehingga hal utama yang harus diperhatikan saat makan ialah memastikan kehalalan dan kebaikan makanan agar apa yang kita makan menjadi sumber keberkahan.

Asrida Juliana.
Penulis yang berbahagia.
#Mujahidah Writer #InspiratorMuslimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah