Perjalanan Lintas Waktu

Ditulisan ini aku cuma mau curhat aja soal pikiranku yang akhir-akhir ini terlalu berjalan kesana-kemari. Bahasa simplenya overthingking gitu lah ya. Dalam sehari aku bisa mikirin masa lalu, masa depan dan masa kini sekaligus. Kadang aku merenung karena merasa masa laluku kurang cemerlang, disisi lain aku bersyukur juga dibeberapa episode masa lalu itu.

Saat memikirkan masa depan, aku merasa bersemangat luar biasa tetapi juga bisa tiba-tiba cemas dan merasa tak berdaya. Sampai tiba pada kesadaran akan masa kini, aku malah merasa jalan ditempat saja. Masih banyak PR yang belum dikerjakan. Wacana yang belum jadi rencana. Serta rencana yang belum terlaksana.

Mari kita mulai penjelajahan tiga masa yaitu masa lalu, masa depan dan masa kini. Ketiga masa yang semua orang alami. Kisahnya tentu berbeda-beda. Hingga membentuk pribadi yang berbeda pula pada akhirnya.

Diriku dengan sepaket takdir yang Allah beri dimasa lalu, inilah jalan hidup terbaik dariNya. Jika ada sesal di masa itu, itulah celah aibku yang saat ini sedang ditutupi olehNya. Cerita masa lalu sudah berlalu, meski rasa dan memori bisa melintas bebas menembus batasan waktu. Itulah peran masa lalu, kadang kala sebagai pembelajaran atau kenangan penuh kebahagiaan.

Aku ingin berbisik pada diriku dimasa lalu,"Terima kasih ya, kamu sudah menemaniku hingga setua ini. Tetap bangkit disaat kamu jatuh. Tetap bertahan disaat tidak ada orang yang mendukungmu. Tetap bersikap baik meski pada orang yang menyakitimu. Kamu telah bertumbuh disaat ujian hidup menimpamu. Aku yakin pahitnya kisah masa lalumu akan menjadi obat yang akan menyembuhkan lukamu. Bahkan menjadi resep yang bisa kau bagikan kepada orang lain agar mereka sembuh tanpa harus terluka terlalu lama. Kamu mampu menjadikan masa lalu sebagai hikmah yang membuatmu terus bersyukur atas setiap kisah hidupmu."

Ingatan atau memori itu tidak mudah dihilangkan, tetapi rasa terhadap kenangan itu bisa kita ubah dan sesuaikan. Untuk bisa mengubah rasa, kita perlu menerima dulu. Proses penerimaan yang mungkin butuh waktu. Aku pun masih terus berusaha menerimanya satu per satu. Jika ada yang belum berhasil, aku coba lagi. Terus begitu sampai aku siap menerima semuanya dengan utuh.

Setelah menerima bahwa semua adalah takdirNya, aku kembali memikirkan makna. Selintas pikiran yang muncul, "kenapa jalan hidupku kaya gini ya?" Aku akan menjawab pertanyaan itu dengan, "karena cuma kamu yang sanggup untuk menjalaninya." Teringat potongan ayat penguat dari firman Allah,"Laa yukallifullahu nafsan illa wus ahaa". Prinsipnya ujian itu tidak akan melebihi batas kemampuan setiap hamba. Semua sudah sesuai batasnya. Ujian kita mungkin beda, tapi kadarnya bisa jadi sama.

Ketika sudah berdamai dengan masa lalu, aku lebih nyaman menata hati. Satu hal yang tidak ingin aku lupakan di masa lalu, dosa-dosaku yang begitu banyak. Membuat diriku harus sadar untuk lebih banyak istighfar dan bertaubat. Jangan sampai merasa paling taat apalagi ahli syurga. Padahal akhirat aja belum terjamin sama sekali. Taubat juga belum tentu langsung diterima. Kadang hati masih belum jujur atas setiap janji agar tidak mengulangi lagi dosa yang sama. Amalan masih banyak cacatnya. Kualitas dan kuantitas ibadah masih naik turun kadarnya. Duhh, tiba-tiba jadi musahabah. Tetapi begitulah memang fungsinya masa lalu.

Pikiranku yang sudah jauh berjalan melintasi masa lalu, saatnya ia terbang lebih tinggi melintasi masa depan. Wah, masa depan seperti angin segar yang penuh harapan. Disana tergambar impian-impian besar nan hebat yang membuat senyumku merekah seketika. Di masa depan kelak aku menggambarkan diriku sebagai seorang istri, ibu, psikolog, inspirator muslimah, penulis, pemilik sebuah yayasan, serta gambaran ideal lainnya.

Paling enak memang berimajinasi soal mimpi. Selain gratis, bisa membuat diri menjadi lebih optimis. Tetapi bedakan antara impian dengan panjang angan. Apa bedanya? Bedanya terletak pada niat dan tekad untuk mewujudkan.

Nah, biasanya setelah mikirin masa depan aku otomatis jadi semangat banget. Tiba-tiba ambil semua peluang sampai akhirnya lupa atur ritme perjuangan. Tidak semua cita-cita harus terlaksana bersamaan. Kapasitas kita juga ada batasnya. Sabar dalam berproses itu adalah kuncinya. Alhasil setelah optimis ngomongin mimpi, seketika aki bisa tiba-tiba menjadi pesimis lagi. Sebab aku takut kalau ternyata aku tidak sehebat yang aku impikan. Aku tidak berani berekspektasi pada diri sendiri di masa depan. Aku takut tidak menjadi apa yang diharapkan.

Tetapi jika aku menghilangkan impianku di masa depan, aku akan kehilangan arah dan harapan. Bisa jadi hidupku mengalir ke jalan yang salah bahkan keluar dari koridor yang semestinya. Mungkin adanya mimpi bisa membuatku harus lebih pandai merayu Allah. Jika Allah Ridho terhadap mimpiku, semoga Allah berikan jalanNya yang mudah dan berkah dikemudian hari. Jikalau mimpiku tidak terwujud, aku percaya apa yang menjadi takdirku di masa depan lebih Allah ridhoi dan berkahi. Sehingga aku bisa lebih tenang untuk memikirkan masa depanku nanti.

Terakhir... Untuk diriku di masa kini. "Berpijaklah dengan tegap. Hadapi setiap sekenarioNya setiap hari. Jadikan syukur sebagai amunisi pertamamu. Sebab dengan menyadari apa yang kamu miliki saat ini, kamu akan bisa melesatkan potensimu lebih baik lagi tanpa harus iri dengan pencapaian orang lain. Kamu sudah punya segala yang kemampuan untuk menghadapi hari demi hari sesuai beban hidupmu. Sadarlah... Dirimu adalah penentu dari dua masa di belakang dan di depanmu. Apa yang kamu pilih hari ini akan menjadi kenangan di masa lalu juga penentu dirimu di masa depan. Bijaklah dalam mengambil keputusan. Berusahalah untuk memanfaatkan waktu hari ini. Berusalah menjadu hamba yang Allah cinta, minimal untuk hari ini. Lalu hari ini berikutnya. Berikutnya lagi. Sampai hari ini yang terakhir dalam hidupmu."

Terima kasih diriku, sejatinya kamu kuat karena Allah yang Maha Menguatkan. Berpegang teguhlah pada aturanNya dan percayalah pada janjiNya. Masa lalu adalah pembelajaran, masa depan adalah harapan dan masa kini adalah penentuan.

Asrida Juliana.
Inspirator Muslimah.
#MujahidahWriter #Day7

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah