Menjadi Pejuang Istiqomah

Kata istiqomah sudah sering kita dengar. Apalagi setelah kajian bertema hijrah yang banyak digelar. Jikalau hijrah adalah titik awal perubahan seseorang, lantas setelah hijrah kita harus apa?

Kita patut bersyukur dengan banyaknya kawan kita yang hijrah. Tetapi ternyata tidak sedikit yang berguguran setelah menghadapi ujian pasca hijrah.

Maka tak heran jika pertanyaan yang sering terlontar adalah setelah hijrah, bagaimana untuk istiqomah? Memilih hijrah itu mudah. Tetapi bertahan pada pilihan ini yang tidak mudah. Bukan rindu yang berat. Tapi istiqomah yang lebih berat. Kita belum tentu kuat.

Jadi, gimana ya buat bisa istiqomah? Apakah saking beratnya istiqomah sampai-sampai kita tidak mungkin bisa istiqomah? Apakah kita bisa istiqomah? Tapi kondisi imankan naik turun? Gimana menjaganya?

Ternyata istiqomah itu memang butuh perjuangan. Jalan juang ini panjang, sampai akhir hayat kita. Sebab diakhir batas ajal kita, disitulah batas penentuan akan berakhir seperti apa diri kita. Semoga husnul khotimah. Aamiin allahumma aamiin.

Hingga pesan para nabi kepada anaknya selalu sama : Dan Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya, demikian pula Yakub. "Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim." (QS. Al-Baqarah : 132)

Istiqomah itu adalah proses penjagaan iman. Hingga akhir perjuangan ini adalah kembali pada Allah dalam keadaan tenang karena Ridho kepada Allah dan Allah Ridho kepada kita. Maka, perlunya berjuang atau mujahadah agar bisa istiqomah.

"Makna mujahadah adalah apabila seorang mukmin terseret dalam kemalasan, santai, cinta dunia dan tidak lagi melaksanakan amal-amal sunnah serta ketaatan yang lainnya tepat pada waktunya, maka ia harus memaksa dirinya melakukan amal-amal sunnah lebih banyak dari sebelumnya. Dalam hal ini harus tegas, serius, dan penuh semangat sehingga pada akhirnya ketaatan merupakan kebiasaan yang mulia bagi dirinya dan menjadi sikap yang melekat pada dirinya." Sebuah nasehat yang ditulis oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam buku Tarbiyah Ruhiyah.

Memang istiqomat itu berat. Tapi lebih berat lagi kalau kita memilih hidup pasrah tanpa berusaha istiqomah. Akan jauh lebih berat lagi jika akhir hidup kita disaat sedang berbuat dosa yang mengantarkan pada neraka yang abadi siksanya. Naudzubillah tsumma naudzubillah.

Maka tidak ada pilihan lain selain memilih jalan istiqomah. Kita senantiasa berdo'a dalam sholat untuk meminta diberi jalan yang lurus, jalan istiqomah. Seperti jalan para nabi dan Rasul. Memang pasti jalannya tidak mulus. Penuh lika-liku ujian. Penuh onak dan duri. Lelah sudah pasti. Tapi dibalik semua itu, pertolongan Allah selalu menyertai. Sampai balasan disisi Allah yang kelak akan menghapus semua pedih.

Maka mulailah istiqomah dari hal-hal kecil, mudah dan sederhana. Istiqomahkan ibadah yang wajib dan kerjakan ibadah lain yang Allah mudahkan atas kita. Misalkan ada yang dimudahkan untuk sholat dhuha, sholat tahajud, syiar islam dengan menulis atau menjadi da'i, menghafal Qur'an dan lainnya.

Mulailah dengan niat yang lurus karena Allah. Maknai setiap amal yang ingin kita istiqomahkan. Cara memaknainya dengan mengilmui. Setelah itu cari lingkungan yang punya tujuan yang sama. Sebab ukhuwah adalah pengikat hati serta pengingat dikala diri ingin berhenti dan menyerah.

Ingat, syaitan itu musuh abadi kita. Tetapi tugas kita bukan hanya menyalahkan syaitan atas dosa yang kita lakukan. Tugas kita adalah ibadah pada Allah dan istiqomah hingga akhir hayat. Semoga Allah beri kita kesabaran yang luas untuk bisa menjadi pejuang istiqomah karena sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amal perbuatannya.

Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan, "Rabb kami adalah Allah", kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berdukacita. (QS. Al-Ahqaaf : 13)

Wallahu'alam bishoab.
Semoga bermanfaat.

Jakarta, 12 Des 2018
Asrida Juliana
Penulis yang berbahagia🌷

#MujahidahWriter
#InspiratorMuslimah

Komentar

  1. Masyaa Allah, jazakillah kak:). Semoga kita senantiasa bisa istiqomah hingga akhir, aamiin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah