Bukan Sekedar Sakit Hati

Refleksi dari Joker dan Layangan Putus

Oleh : Asrida Juliana

Ternyata tidak semua orang punya kondisi stabil di dalam mentalnya. Guncangan dalam berbagai macam masalah di masa lalu pun acapkali bisa teringat ketika pemicunya kembali dihadirkan. Iya, ternyata tidak semua orang telah berdamai dengan dirinya juga takdirnya.

Kita tidak bisa berlepas dari yang namanya ujian. Begitulah warna-warni kehidupan. Tidak selalu indah juga membahagiakan. Kadang kala kesedihan dan kekecewaan hadir bergantian.

Hingga mungkin disadari atau tidak, tiap orang punya titik lemahnya masing-masing. Mungkin itulah titik ujinya juga titik balik untuk menjadi manusia yang kembali pada hakikat ia dicipta. Manusia tak ada yang sempurna sebab ia harus selalu bergantung pada Allah Rabb yang Maha Sempurna.

Ada sebagian yang telah sadar bahwa dirinya punya trauma, adiksi, kecemasan, emosi tak terkendali tetapi ada juga yang tidak menyadari bahwa ia sering menyakiti diri sendiri bahkan ada keinginan untuk bunuh diri. Lalu selepas gejala itu terjadi, naluri menuntun mereka untuk kembali mengenal diri. Mereka mencari terapi kesana-kemari agar mencapai kondisi stabil dikemudian hari.

Ada pula yang merasa baik-baik saja meski ternyata hidupnya penuh dengan dinamika yang begitu mengkhawatirkan. Kita sebagai manusia kalau punya rasa marah itu wajar. Tapi cara marah kita yang merusak dan mengganggu lingkungan sekitar, itulah yang tidak wajar. Juga intensitas marah kita. Kalau sudah lebih dari tiga hari, perlu kita waspadai. Kenali juga sumber kemarahan kita, apa yang memicu emosi marah itu muncul? Jika hanya pada masalah yang tidak fatal, berarti kemungkinan ada tumpukan marah yang bersembunyi di dalam hati akibat kekecewaan dimasa lalu yang belum terobati.

Berita soalan layangan putus, membuatku sadar akan hal ini. Betapa banyak orang yang empati hingga tak sadar bahwa dirinya telah hilang kendali. Seolah jiwanya pergi dan menyatu di dalam cerita yang entah fiksi atau nyata. Seakan realita dirinya telah sirna dan berganti dengan bayangan rasa sakit yang mungkin mirip dengan kisah masa lalu pembaca. Maka inilah propaganda. Menyerang sesuatu yang tidak kelihatan mata tapi berdampak nyata.

Betapa banyak respon emosional dibanding respon rasional? Bisa dilihat dari kecenderungan orang-orang untuk menyerang personal pihak yang dirasa menjadi pelaku. Lalu membela pihak yang dirasa korban. Semua itu sebenarnya reaksi dari luka masa lalu yang belum diselesaikan.

Tapi bagi orang yang mungkin sudah berdamai dengan lukanya, atau tidak punya masa lalu terkait kondisi demikian, serta melihat sebuah kasus dengan sudut pandang luas. Ia akan bisa berhati-hati dengan inti propaganda dari situasi yang sedang terjadi. Ia mampu menyadari bahwa ini bukan sekedar kisah yang perlu ditangisi. Ini ialah rangkaian dari perang pemikiran yang menyerang sisi terlemah sekaligus terkuat perempuan yaitu perasaan.

Bagaimana mungkin seorang perempuan yang punya hati lembut serta empati tinggi tak mudah hanyut dalam kisah yang penuh dramatisasi serta penggambaran detail dari penulis?

Padahal kita tau bahwa sosial media bukan buku diari. Apapun konten yang kita tulis, pasti menimbulkan persepsi yang berbeda dari setiap pembaca. Apalagi jika kita belum meredam emosi diri, biasanya tulisan kita akan penuh dengan gejolak emosi. Mungkin syaitan pun ikut membisiki dengan iming-iming saling menasehati. Padahal hati yang tersakiti, tak butuh diumbar disembarang tempat. Ia butuh disandarkan pada tempat ternyaman juga tepat. Bercerita pada Allah, orang terdekat yang amanah, juga tokoh agama yang bisa memberi nasihat bijak pada diri yang sedang bergejolak.

Tapi aku berusaha memahami bahwa tidak semua  orang sadar akan luka batin yang masih menghinggapi diri. Hingga pendapat rasional soalan kasus ini pun menjadi seolah pembelaan pada satu sisi. Ini mirip dengan reaksi film joker yang kemarin sempat viral. Hanya saja beda kemasan. Tapi penyerangannya masih sama. Memunculkan luka masa lalu yang terstimulasi dengan gambaran kisah orang lain yang didramatisasi.

Jika kita membiarkan ini terjadi, betapa banyak lagi korban yang berjatuhan? Jika film joker bisa menyerang secara personal diri penontonnya, maka kisah layangan putus ini bisa membahayakan harmonisasi keluarga.

Sebab ketidakstabilan emosi dapat menghambat jalannya komunikasi. Bisa jadi seorang istri yang masih belum berdamai dengan luka masa lalunya menjadi kembali merasa bahwa kejadian pahit masa lalu dapat terulang kembali. Kisah perselingkuhan yang menyakiti hati perempuan, menjadi bayang-bayang semu yang menghantui. Hingga menimbulkan keraguan pada kesetiaan suami lalu membenci syari'at poligami.

Ingat, orang jahat bukanlah orang baik yang tersakiti. Orang jahat ialah orang yang menyimpan luka dan enggan menerima takdir hidupnya sehingga ia membiarkan hawa nafsu menguasai diri dan menuntunnya pada perbuatan jahat yang lebih mulukai.

Cobalah tengok ke dalam diri, perlahan-lahan berupaya untuk sadar. Tenangkan hati lalu berdo'a agar Allah memberi sakinah (ketenangan) ke dalam jiwa kita. Biarkan kerja otak emosi kita berpindah fungsi menuju kerja otak rasional. Hingga kita bisa melepaskan diri dari kondisi tak sadar menjadi kondisi sadar. Sampai respon kita menjadi lebih rasional ketimbang emosional.

Lalu sadari luka-luka masa lalu yang belum terobati. Berupayalah untuk sadar dengan diri sendiri. Serta peduli dengan kesehatan mental diri. Tuliskan kejadian dimasa lalu yang masih terasa sakitnya saat ini. Tuliskan orang-orang yang terlibat di dalam kejadian tersebut. Tulis di dalam sebuah kertas kosong. Lalu adukan pada Allah semuanya. Luapkan emosi serta luka masa lalu selepas sholat diatas sajadah. Hingga dititik hati semakin pasrah, terimalah takdir masa lalu itu.

_"Kisah menyakitkan di masa lalu adalah bagian dari sekenario hidup yang membuatku menjadi setegar saat ini. Kisah itu memang ada untuk aku terima dan aku ambil hikmahNya. Serta teruntuk orang-orang yang dulu pernah membuatku terluka, mereka juga adalah bagian dari takdir hidupku. Aku juga manusia yang mungkin pernah menyakiti orang lain. Aku juga manusia yang tidak sempurna. Maka aku terima kisah beserta orang-orang yang pernah hadir dimasa lalu dan memaafkannya. Aku ridho dan aku sadar bahwa hari ini adalah hari baru yang membuatku lebih baik lagi."_

Lalu berikan do'a terbaik untuk orang-orang yg pernah menyakiti. Sebab mendo'akan orang lain akan menjadi bumerang kebaikan untuk diri kita sendiri. Serahkan hati kita pada Allah, agar senantiasa dijaga juga diberi hidayah serta bimbingan untuk terus mendekat padaNya.

Semakin kita menerima takdir, semakin hati kita terjaga. Semakin kita memaafkan kesalahan orang lain, semakin kita mudah menerima. Bahwa hidup ini bukan tentang pengharapan pada manusia. Sebab manusia tak sempurna. Tapi hidup ini ialah pengharapan penuh pada Sang Maha Pencipta. Kebahagiaan hakiki ialah saat kita dapat kembali ke syurga dengan hati yang Ridho dan diRidhoiNya.

Semoga kita bisa memetik hikmah disetiap kejadian dalam hidup. Memberi respon terbaik yang Allah suka. Hakikatnya ujian ialah menguatkan, ia menghantarkan kita pada peningkatan iman pada takdir juga pada Sang Maha Penentu takdir. Yakinlah, bahwa Allah selalu memberi takdir terbaik, asal kita mau menerima dan menjadikan takdir tersebut sebagai jalan untuk semakin taat dan taqwa.

لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللَّهِ

Wallahu'alam bishoab🙏🏻😇

Komentar

  1. Apa yang ditulis di artikel ini sangat bermanfaat buat saya (dan pembaca lainnya). Tulisannya memiliki energi positif dan menggetarkan jiwa. Terus istiqomah menjadi inspirator muslimah ya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. MasyaAllah tabarakallah.. Jazaakallahu khair telah bersedia membaca tulisan sederhana ini Kang Mentor. Aamiin ya Allah semoga istiqomah.

      Hapus
  2. Keren, Chi. Menyoal layangan putus, memang seharusnya kita bersikap bijak. Karena yang kita lihat secara zhahir hanya kisah satu pihak dari si fulanah. Padahal, kita tak tahu bagaimana rumah tangga keduanya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah