Mengabadikan Bahagia

By : @asridachida

Setiap kejadian di dalam hidup kita sudah otomatis terekam di dalam memori otak. Hanya saja ingatan itu akan lebih kuat jika ada emosi yang terlibat.


Tetapi menurutmu, lebih mudah mana, mengingat kejadian yang menyedihkan atau membahagiakan?


Jika kita amati, ingatan atas kejadian yang menyedihkan, menyakitkan serta kegalauan hati lebih sering muncul diingatan sehari-hari. Seolah butuh upaya besar untuk bisa tersenyum kembali.


Padahal jika kita bandingkan jumlah kejadian yang membahagiakan dengan yang menyedihkan, pastilah momen menyedihkan itu hanya sepertiganya. Sisanya momen bahagia dan bahagia luar biasa.


Tetapi kenapa yang lebih sering muncul diingatan justru yang sepertiga itu?

Bukankah kita berharap hidup bahagia setiap waktu?

Kenapa justru lebih mudah mengakses momen sedih nan menyakitkan dibanding momen membahagiakan?


Ketika kita mengalami kejadian yang menyakitkan, tentu disana terlibat perasaan yang amat dalam. Kejadian yang melibatkan perasaan akan lebih kuat menempel diingatan.

Selain itu, kita memberi stimulasi tambahan kepada semua indera yang dimiliki. Seperti mendengar lagu galau, melihat dan meratapi barang atau foto kenangan tentang kejadiannya, serta diperkuat lagi dengan menangis dan melampiaskannya dengan berbagai macam cara.


Secara tidak sadar, ingatan tersebut menjadi sangat kuat karena sudah masuk ke dalam alam bawah sadar kita. Bisa sewaktu-waktu muncul lewat mimpi atau terlintas ketika ada stimulasi yang pernah terlibat.


Misalnya kejadiannya sudah 3 tahun yang lalu. Namun suatu hari, terdengar lagu yang mewakili kejadian tersebut. Ketika kejadian itu terjadi, lagu itu terus menemani kegalauan hati.

Maka dengan mudah ingatan tentang masalalu tersebut bisa muncul kembali. Maka terjadilah fenomena gagal move on. Jadilah sedih lagi sedih lagi.

Tunggu, jangan sedih lagi sahabat. Kenapa tidak kita terapkan cara itu kepada momen bahagia yang kita miliki?

Padahal lebih banyak Allah karuniakan nikmat yang membuat hidup kita bahagia setiap saat. Hanya saja kita tidak menyadari dan belum mengikat momen tersebut dengan melibatkan rasa serta akses pendengaran, penglihatan serta perilaku tentang momen bahagia itu sendiri.


Nah, kalau begitu, teknik bersyukur yang diajarkan dalam Islam adalah solusi. Sebab syukur bisa menjadi upaya untuk memperkuat ingatan bahagia yang ikatannya terhubung hingga syurga.

Momen yang tidak membahagiakan baiknya juga bisa kita syukuri dengan mengambil hikmah dan pembelajaran agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Maka bersyukurlah dengan hati, lisan dan perbuatan.  Maka momen bahagiamu akan otomatis  terabadikan.

Mari sadari dan syukuri setiap sekenario dari Illahi. InsyaAllah akan jadi kebahagiaan yang abadi.

Alhamdulillah 'alakullihal...

Asrida Juliana.
Inspirator Muslimah.🌷

Jakarta, 11/09/17
Share jika bermanfaat 😊

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah