Kompetisi Kebaikan

Fastabiqul Khairat


Oleh : @asridachida


Setiap pertandingan pasti ada persaingan. Saling berupaya memaksimalkan kemampuan. Sebisa mungkin menjadi yang tak terkalahkan. Hingga mampu menggapai kemenangan. Lalu diakui kehebatannya dan diapresiasi oleh sekitarnya. Ya, menjadi PEMENANG itulah bagian dari tujuan.


Kita memang senang bila mendapat pengakuan dan apresiasi dari sesama. Sehingga pujian dari sekitar akan lebih membuat hati berbunga-bunga dari pada sebuah kritik tajam atas kesalahan kita. Meski pada akhirnya pujian adalah ujian agar kita tidak mudah lengah untuk istiqomah dalam berjuang. Serta kritikan membuat diri kita mampu merenovasi cara atau pola pikir yang salah asal kita mau menerima dengan lapang dada.


Tetapi begitulah realitanya. Pujian lebih didampa dari pada kritikan yang bisa membuat hati terluka.


Kembali pada pembahasan kompetisi. Disana ada gairah dan ambisi yang menghinggapi diri. Semua terlihat sibuk mempersiapkan strategi, amunisi serta perbekalan diri. Semua ingin mengerahkan segala potensi terbaik yang dimiliki. Suasananya bagaikan medan perang yang berapi-api.



Namun terkadang di dalam sebuah kompetisi tak jarang terjadi konflik. Pada akhirnya ada peluang untuk perubahan  status kawan menjadi lawan.  Biasanya disebabkan oleh persoalan menang dan kalah dalam pertandingan. Apalagi bagi diri yang tak mudah menerima kekalahan, hingga tak percaya atas kenyataan.


Lalu bagaimana kompetisi dalam kebaikan?


Apakah semangatnya terlalu menggebu-gebu sampai lupa waktu?


Atau malah malas untuk meluangkan waktu?


Apakah untuk mendapat hasil terbaik hanya di dapat melalui usaha pribadi?


Atau bersinergi untuk melakukan amal jama'i?


Apakah pernah ada rasa dengki kepada teman yang berada jauh di depan kita sebagai pelopor kebaikan?


Atau inginkan sepertinya sehingga semangat ini makin termotivasi untuk mengerahkan yang terbaik?


Coba tanyakan lagi kepada hati nurani, "Kebaikan ini untuk siapa?"


Dunia atau Pencipta Dunia dan seisinya?


Mari kita merenungi kembali niat di hati...



*Fastabiqul Khairat* begitulah kalimat yang sering kita dengar, lihat diberbagai tempat sebagai seruan dakwah kepada umat.


Berlomba-lomba dalam kebaikan tidaklah sama dengan konsep pertandingan ciptaan mereka yang hanya bertujuan pada dunia.


Jika kita sebagai muslim memiliki niat yang sama untuk melakukan semua kebaikan karena Allah, maka kompetisi ini bisa dipastikan tidak akan membuat kita saling melukai dan menghalangi.


Sebab tujuan kita sama, Ridho Illahi. Bukan pengakuan manusia, bukan apresiasi dunia, bukan penghargaan sementara, bukan pujian yang membuat bangga.


Kalau untuk Allah yang Maha Segalanya, maka melakukan yang terbaik sudah seharusnya.



Diri ini mengakui bahwa tujuan penciptaan manusia  hanyalah untuk melayani. Menjadi hamba Allah yang menjadikan setiap kebaikan sebagai ibadah yang hanya mengharapkan Ridho Illahi.



Maka mari kita sadari bahwa sekarang kita sedang berada di medan juang pertandingan. Kita sedang berlari menuju kemenangan abadi. Namun lawan kita bukanlah saudara seiman di sisi kanan dan kiri, melainkan diri kita sendiri. Ya, hawa nafsu, syaitan serta kawan-kawannya dari golongan jin dan manusia yang  istiqomah melemahkan iman di hati.


Sadarlah bahwa kita sedang melawan nafsu untuk tetap bergerak memenuhi panggilan kemenangan. Kita sedang mengendalikan diri agar tak kalah sebelum berjuang.


Tidak ada lagi rasa dengki ketika melihat teman kita selangkah lebih maju di depan kita. Melainkan jadikanlah posisi ini sebagai cerminan bahwa kita harus lebih giat lagi dalam berlomba-lomba dalam kebaikan ini.


Dengan berkompetisi dalam kebaikan, maka semangat kita pasti akan melambung tinggi. Sebab inilah cara untuk menyadari bahwa kebaikan ini harus disegerakan aksinya sebelum ajal menghampiri.



Fastabiqul khairat harus menjadi prinsip  hidup. Menciptakan ambisi dan semangat yang menggebu-genu untuk melakukan kebaikan di dunia dan akhirat. Menangnya kompetisi kebaikan ini bukanlah menghasilkan pengakuan dari manusia yang memuji kehebatan diri kita.



Melainkan keridhoan dari Allah sebagai hamba-Nya yang betaqwa. Bukankah itu apresiasi yang tak ternilai oleh apapun juga?



Maka semangatlah untuk berkompetisi, kawan seperjuangan.


Ayo menangkan pertarungan melawan godaan nafsu dan syitan!


Sampai jumpa di garis akhir perjuangan, surga. Aamiin.


Fastabiqul Khairat fiddunya wal akhirat.

Wallahu'alam bishoab.

Asrida Juliana.
Jakarta, 28 Mei 2017.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah