Kaulah Pilihanku
Aku masih saja memendam rasa iri kepada sahabatku
yang akan segera menikah dengan seorang pangeran tampan yang selama ini ia
nantikan.
Sementara aku, masih dalam masa kegalauan. Siath pa yang akan aku pilih?
Apakah dia pilihan yang tepat? Aku takut jika ternyata aku tak sanggup
membersamai segala kekurangannya dan aku lebih takut jika dia menyerah saat
mengetahui berbagai macam kekuranganku.
Satu hal yang menggoda pikiranku saat ini. Apakah
suamiku kelak adalah pria tertampan yang pernah ada? kenapa kok standard
penilaianku malah menjadi rendah begini? Hanya soal fisik yang bisa pudar
sekejap saja masih dipermasalahkan? Seharusnya tidak.
Ingatlah bahwa segala
penciptaan dimuka bumi ini sudah menjadi ciptaan yang terbaik. Semua sudah
sesuai kadarnya. Tidak lebih dan kurang. Saling melengkapi dengan kekurangan
dan kelebihan. Maka bagaimanapun rupa suamiku kelak, ia adalah lelaki tertampan
dimataku. Tak perlu aku meminta pengakuan orang-orang diseluruh dunia. Cukup
aku saja yang berhak memuji dan mengaguminya.
Kelak aku akan memilihnya bukan karena paras rupawan
ataupun kemapanan. Melainkan karena niat ikhlasnya untuk menikah. Niat yang
ditujukan pada Allah semata. Niat untuk memperkuat ibadah. Niat untuk meredam
nafsu syahwat yang suka menggoda. Serta menyempurnakan separuh agama.
Sehingga
visi kami kelak adalah menjadi keluarga penghuni syurga yang menjadikan
Al-Qur’an dan Hadits sebagai pegangan hingga akhir usia. Saling mengingatkan
tentang kesabaran dan kebaikan.
Kaulah pilihanku, Kaulah penyempurna hidupku. Wahai
Suamiku.
Asrida Juliana.
Note : Tulisan masa depan. Bicara tentang sebuah harapan dan impian.
Komentar
Posting Komentar