KUA

Kuliah Untuk Allah (KUA)
Oleh : Asrida Juliana

Kuliah sudah menjadi rutinitas kita setiap hari. Sudah tak asing lagi untuk menginjakkan kaki di kampus, bersenang-senang dengan tugas, bermanja-mana di perpustakaan, bersenda gurau dengan teman-teman saat belajar kelompok, belajar dengan sistem SKS saat uts dan uas, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Selain rutinitas biasa, kuliah juga seperti jenjang kehidupan yang harus dilalui demi menggapai kesuksesan masa depan. Ya... itulah harapan sebagian orang untuk melanjutkan kuliah. Selain itu juga, kuliah menjadi ajang untuk berlomba-lomba mengejar gelar serta IPK setinggi-tingginya. Besar harapan setelahnya, kehidupan yang mapan dapat diraih dengan hanya sekali kedipan alias penuh dengan kemudahan.

Tetapi ada dampak yang ditimbulkan ketika kuliah hanya dijadikan sebagai tujuan duniawi. Jangan heran, ada mahasiswa yang dengan mudahnya berbohong di kampus. Hadir di kelas hanya karena ingin memenuhi absen, mengerjakan tugas hanya dengan copas supaya cepat tuntas, datang ke kampus hanya duduk lalu main-hp dan ngobrol gak jelas, ga ada dosen malah puas, suka telat kalau ke kelas, dan menghalalkan segala cara untuk dapat nilai bagus saat uts dan uas.

Mungkin tak ada mahasiswa yang sempurna. Tak ada mahasiswa yang tak pernah melakukan hal tersebut. Tetapi tetap ada mahasiswa yang berhasil mempertahankan idealismennya untuk tidak tergoyahkan walaupun menjadi kaum yang minoritas di kampus. Saking minoritasnya jadi gak kelihatan oleh kita. Sehingga kita kehilangan sosok teladan yang sebenarnya dibutuhkan.

Sudah menjadi budaya saja perilaku tersebut diberbagai kampus. Mungkin bagi pelakunya   “Itu mah hanyal hal yang sudah biasa di kampus. Gak tergolong dosa-dosa yang besar ko. Wajar, namanya juga mahasiswa.” Astaghfirullahahadzim....

Seperti menabung recehan di dalam celengan, jika terus dilakukan dengan istiqomah, meski sehari hanya 500 rupiah maka setahun bisa berapa ? Banyak kan. Celengannya jadi semakin berat dan besar. Nah begitu juga kalau kita seringkali menyepelekan dosa-dosa kecil ini. Selain itu, keberhakan dalam menuntut ilmu akan hilang. Sudah capek kuliah, bayar mahal, setelah lulus ilmunya tak bisa dimanfaatkan dengan baik. Bagaimana mau dimanfaatkan? Jika dalam prosesnya saja tidak benar-benar diniatkan untuk kebaikan.

Maka penting sekali kita mengingat lagi alasan kita untuk menuntut ilmu di kampus ini. Sebab, jika salah niat dan tujuan maka kepribadian dan idealisme kita akan mudah tergoyahkan oleh lingkungan.
Ingat, tujuan utama kita untuk kuliah adalah untuk menuntut ilmu. Sementara menuntut ilmu itu untuk menjalankan perintah Allah.
Menuntut ilmu itu hukumnya wajib. Maka berilmulah sebelum beramal. Agar amal yang kita kerjakan senantiasa bernilai ibadah di mata Allah SWT.

(رواه إبن عبد البر) طَلَبُ اْلعِلْمَ فَرِيْضِةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَ مُسْلِمَةٍ  
 Artinya : “Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat.”(HR. Ibnu Abdil Bari)

Kita diwajibkan untuk menuntut ilmu, bahkan sampai ke negeri Cina. Bukan hanya ke negeri cina bahkan sampai ke seluruh dunia.

Sebenarnya untuk apa sih kita harus menuntut ilmu?
Semua perintah Allah itu pasti mengandung faedah atau manfaat untuk kita. Coba kita bandingkan, jika kita berkomunikasi dengan orang yang sedikit ilmu dengan orang yang memiliki banyak ilmu ? bagaimana ? jauh berbeda bukan?

Orang yang sedikit ilmunya, cenderung sulit dalam berkomunikasi. Karena dia tidak memiliki banyak kosa kata di dalam otaknya. Apalagi jika di suruh untuk menulis. Mungkin hanya beberapa kata saja. Selain itu, ia akan cenderung menduga-duga atas fenomena yang ada. Tak tau apa dasar teorinya atau sumber pedomannya. Hanya menjadi ‘sok tahu’ yang akan menyesatkan orang disekitarnya. Sayangnya lagi, karena sifat ‘sok tahu’ ini menjadikan ia terlihat sombong enggan menerima pendapat orang lain.

Berbeda dengan orang yang banyak ilmu. Seperti padi, semakin berisi ia akan semakin merunduk. Semakin berilmu maka akan semakin bijak dalam menghadapi setiap problema hidup. Semakin senang untuk berbagi ilmu, dan justeru orang yang banyak berilmu malah selalu merasa faqir. Alias tidak pernah merasa cukup dengan ilmu yang dimiliki. Senantiasa giat belajar dan mengajarkan. Segala perbuatannya mampu dijadikan teladan. Dan yang paling penting, ia menjadi semakin dekat dengan Allah SWT, Yang Maha Pemilik Ilmu.

 Ada salah satu hadits yang menyebutkan bahwa ilmu dapat menghantarkan kita kepada Syurga-Nya :
“Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR Muslim)

Sungguh, segala perintah Allah itu adalah rahmat. Bentuk penjagaan Allah kepada hamba-Nya. Barangsiapa yang mau menjalankan dengan niat yang lurus, syurga ada dalam genggaman. Insya Allah.

Ketika niat sudah diperbaiki, sekarang bagaimana cara menjaganya tetap suci? Disaat godaan syaitan terus mengahampiri. Bagaimana caranya untuk menghindari?

1.  Sadarlah bahwa dunia adalah perantara menuju akhirat. Kuliah hanya salah satu media untuk terus beribadah dengan cara menuntut ilmu. Bukan nilai dan penghargaan manusia yang menjadi tujuan utama. Tetapi berkah dan Ridho-Nyalah satu-satunya pegangan kita.

2.  Tuliskan tujuan hidupmu sampai kamu mati. Berpikir dari akhir. Tujuan terbesar dalam hidupmu yang menghantarkanmu menuju syurga-Nya.

3.  Mengingat harapan orang tua atas kesuksesan kita. Kuliah adalah salah satu bentuk bakti kita pada mereka. Mungkin saat ini kita belum bisa memberikan apa-apa untuk mereka, maka janganlah membuatnya kecewa.

4.  Gunakan etika dalam berilmu.

- Memulai belajar dengan bismillah, menjaga wudhu dan kumandangkan lagi niat Lillah serta menyempatkan sholat dhuha disela kesibukan kampus.

- Datang tepat waktu dan bersungguh-sungguh dalam belajar. Yakin, bahwa apa yang kita dapat hari ini adalah ilmu yang kita butuhkan nanti. Ambilah hikmah dan inspirasi disetiap mata kuliah yang sedang diikuti.

- Ketika berhadapan dengan dosen anggaplah beliau adalah orang tua kita yang harus kita hormati. Bukan mencaci maki dari belakang karena tugas yang diberikannya begitu sulit dan tak dimengerti.

5.  “Love what you do and do what you love” segala sesuatu yang kita lakukan dengan cinta maka semua akan terasa indah. Tak ada rasa lelah dan beban derita. Semua akan berubah menjadi bahagia karena cinta. Belajar mencintai, mencintai belajar.

6.  Melatih “self-regulasi”. Penting bagi kita untuk bisa menggunakan self-regulasi ini. Bukan hanya mengontrol diri melainkan mengaturnya sesuai dengan tujuan yang ingin kita capai tadi. Maka siapkan juga trik dan tips untuk dirimu sendiri untuk meningkatkan mood dan menghilangkan kejenuhan.

7.  Berpandangan luas. Di luar sana ada banyak sekali kompetitor kita. Maka apa yang menjamin kesuksesan kita? Apa yang menjadikan kita berbeda dari mahasiswa yang lainnya? Yang bisa kita tentukan saat ini hanya mengubah pola belajar kita. Karena soal hasil kita tidak bisa menjamin, tapi yakinlah. Pasti Allah sudah menyiapkan takdir yang terbaik untuk kita.

Wallahu’alam bishoab.
Semoga bermanfaat.
Jum’at, 27 Mei 2016

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mudah Menikah

Fenomena Left Grup Part 2

Renungan Pranikah